Pages

Sabtu, 06 Juli 2013

Nabi Ayub Pun Kan Tersenyum

Allah mencintai hamba-hamba-Nya dengan cara yang unik dan berbeda-beda. Semakin tinggi ketakwaan seorang hamba, semakin unik cara Dia mencintainya. Salah satunya adalah Nabi Ayub. Lelaki yang diamanahkan Allah untuk mengemban misi ketuhanannya itu dicintai Allah dengan penyakit yang sangat parah. Tak tanggung-tanggung, karena penyakitnya itu, Ayub alaihi salam dijauhi sahabat dan kerabatnya. Mereka tak tahan berdekatan lantaran aroma tak sedap dan takut tertular.
Maha suci Allah yang telah menciptakan manusia semulia Ayub. Ia tak pernah membenci Allah dengan takdirnya, tak pula ia merasa bahwa Tuhan yang dicintainya itu tak adil terhadapnya. Semakin berat sakit yang dirasa, semakin cinta Ayub kepada Allah. Dan mulianya Ayub, semakin parah penyakitnya semakin ia tersenyum. Allah dan para malaikat pun kan tersenyum oleh kesabaran lelaki mengagumkan itu.

Memang takkan sebanding jika sekarang saya mengajukan sebuah nama untuk menyandingkannya dengan Nabi Allah itu. Namun teramat banyak saya harus belajar tentang arti kesabaran dan cinta kepada Allah dari sahabat yang satu ini. Hesti, alias Titi yang lima belas tahun menderita radang sendi sehingga ia kini hanya bisa tergolek tak berdaya di kamar tidurnya. Namun ia tetap terlihat ceria dan bersemangat menjalani hidupnya. “Saya ingin terlihat tetap bersyukur, dan saya ingin tersenyum saat harus menghadap-Nya,” ujar gadis itu.

Kemarin saat bertelepon dengannya, saya bertanya satu hal yang paling tidak ingin saya tanyakan kepadanya karena khawatir menyinggung perasaannya. “Mbak, tak inginkah mbak Titi sembuh?”

Saya tak pernah menyangka jawabannya. “Tidak, sebaiknya saya tetap seperti ini sambil Allah memberikan kehendaknya.”

Titi pun menjawab penasaran saya yang seolah bertanya, “kenapa.” Menurutnya, ia amat bersyukur Allah menimpakan penyakit ini kepadanya, meski sudah sangat lama ia menjalani hari-harinya di kamar tidur. Hidup dengan bantuan orang lain, bahkan untuk ke kamar kecil sekali pun. Radang sendi yang dideritanya membuat seluruh persendiannya sakit tak berdaya. Ia membutuhkan bantuan orang lain untuk seluruh aktivitasnya.

Tapi Titi tetap tersenyum. “Kalau saya sembuh, saya tidak yakin akan tetap sedekat ini dengan Allah. Saya tak pernah yakin akan tetap khusuk beribadah, akan menangis di setiap sujud panjang saya jika saya bisa berdiri dan sehat. Boleh jadi saya akan menjauh dari-Nya, hidup dalam kesenangan yang membuat saya lupa akan kematian,” tuturnya.

“Jadi, mbak tidak ingin sembuh?” tambah saya yang semakin termangu oleh kata-kata ajaibnya.

“Biarlah saya tetap seperti ini. Saya yakin Allah sedang mencintai saya dengan takdirnya. Jujur, saya tak ingin sembuh karena saya takut Allah tak lagi mencintai saya.” Duh, Titi rasanya tak ada alasan Allah tak mencintaimu. Sungguh saya iri kepada Titi, karena saya yakin Nabi Ayub akan pun tersenyum melihat Titi. ***

Bayu Gautama

Erdogan Al Fatih, Penakluk Kedua Konstantinopel

Kalau ada sosok yang ditunggu-tunggu kedatangannya sepanjang sejarah Islam, di mana setiap orang ingin menjadi sosok itu, maka dia adalah sang penakluk Konstantinopel. Para shahabat Nabi berebutan ingin menjadi orang yang diceritakan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tersebut dengan berusaha menyusun strategi dan kekuatan untuk menaklukan kota terbaik di jamannya yaitu Konstantinopel.
Betapa tidak, beliau Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memang betul-betul memuji sosok itu.

Beliau bersabda “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” (H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335)

Dialah Sultan Fatih Mehmed (Muhammad al Fatih) sang penakluk kota Konstantinopel yang mendedikasikan seluruh waktu dan energinya untuk sebuah cita-cita yang Rasulullah katakan dalam sebuah basyirohnya yang kemudian dia berhasil menaklukannya pada tahun 1453.

Demikian pula dikatakan dalam sebuah hadist bahwa suatu saat nanti sebelum kiamat akan terjadi keunikan sebuah peristiwa. Keunikan peristiwa ini adalah ditaklukkannya Konstantin untuk kedua kalinya tanpa menggunakan pedang dan panah, namun hanya menggunakan tahlil dan takbir.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apakah kalian pernah mendengarkan suatu kota yang sebagiannya terletak di darat dan sebagiannya di laut? Para sahabat menjawab, “Pernah wahai Rasulullah”. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ”Tidak akan terjadi hari kiamat sehingga ia diserang oleh 770.000 orang Bani Ishaq. Ketika mereka telah di sana maka mereka-pun memasukinya. Mereka tidak berperang dengan senjata dan tidak melepaskan 1 anak panah-pun. Mereka hanya berkata Laa Ilaaha Illallah wallahu Akbar, maka jatuhlah salah satu bagian dari kota itu. Kemudian mereka berkata kedua kalinya Laa Ilaaha Illallah wallahu Akbar, maka jatuhlah bagian yang lain. Kemudian mereka berkata lagi Laa Ilaaha Illallah wallahu Akbar, maka terbukalah semua bagian kota itu. (HR. Muslim)

Ditafsirkan dari hadits tersebut, kota yang dimaksud adalah Konstatinopel yang sekarang bernama İstanbul. Sebagaimana kita tahu pasca runtuhnya kehalifahan Turki Utsmani, Mustafa Kemal Ataturk menjadikan Turki sebagai negara sekuler. Ia menjauhkan nilaı-nilai Islam dari masyarakatnya, juga pada sistem pemerintahan. Ia menjadikan alkohol atau minuman keras dijual bebas dan juga melarang masyarakatnya memakai pakaian muslimah di sekolah dan pemerintahan. Juga memberlakukan azan dikumandangkan dalam bahasa Turki.

Adalah Rejeb Tayyib Erdoğan, seorang perdana Menteri Turki yang taat, saat ini menjadi isyarat akan ditaklukannya Konstatinopel untuk kedua kalinya. Mengapa? Hal ini dikarenakan sepak terjangnya dalam memimpin Turki dengan penuh kepiawaian yang luar biasa. Ia mengatakan dalam pidatonya kepada kaum muslimin Turki bahwa tidak bisa orang mengatakan dirinya sebagai seorang mukmin dan seorang yang sekuler secara bersamaan. Sebab tidak mungkin seseorang menjadi mukmin dan bukan mukmin secara bersamaan.

Hal ini dikarenakan bagi seorang Muslim, pemegang kekuasaan tertinggi hanya pada Allah Subhanahu wa Ta’ala, bukan manusia. Erdogan juga mengatakan bahwa ia akan memulai sebuah perdaban di bawah puing-puing kehancuran kepemimpinan umat İslam.

Jika pemimpin-pemimpin Turki sebelumnya berkali-kali digulingkan kekuasaannya secara kudeta oleh militer, justru sampai saat ini rakyat Turki sangat bangga dengan kepemimpinan Erdogan. Ia juga melalukan pembinaan kepada militer Turki dengan pemahaman-pemahan keislaman. Selain itu, ia juga secara gemilangan menjadikan Turki maju di bidang ekonomi dan menjadikannya negara yang bebas dari hutang IMF. Meskipun, ada sebagian kecil dari rakyatnya yang menganut sekulerisme berusaha untuk menjatuhkannya.

Bukan hanya itu, hebatnya ia menjadikan jalan demokrasi yang di serukan oleh kaum liberalis untuk menempatkan kebebasan bagi setiap individu, ia gunakan untuk meraih kebebasan umat Islam guna kembali memperoleh hak-haknya. Seperti dicabutnya larangan berjilbab bagi para pelajar. Dimasukkannya kembali kurikulum pelajaran bahasa Arab atau membaca tulis Qur’an di sekolah (yang selama 10 tahun lebih dicabut dari sekolah). Erdogan juga membangun sekolah-sekolah penghafal Qur’an. Ia juga memperjuangkan kebebasan dalam bernegara lebih luas lagi, seperti mendukung kemerdekaan bagi rakyat Palestina. Juga menjalin kerjasama bagi semua pihak yang mendambakan keadilan dan kesejahteraan. Ia juga paling demokratis dalam menyerap aspirasi secara langsung dan damai bagi rakyatnya dari berbagai elemen. Di mana hal ini berbeda dengan pemimpin-pemimpin Turki sebelumnya yang berfaham sekuleris yang sulit untuk menyerap aspirasi rakyatnya sehingga pemerintahan menjadi chaos.

Dalam pidatonya kepada dunia Erdogan mengatakan ’”Satu koma lima milyar umat İslam di dunia menunggu Turki untuk bangkit akan siap untuk membangun sebuah peradaban dan peradaban akan bangkit di tempat ia terporak poranda” . Dalam data statistik, Turki hanya berpenduduk 70 juta, namun ia mengatakan 1.5 milyar muslim dunia. Ini menjadikan ketakutan yang luar biasa bagi negara-negara besar seperti Amerika. Pidatonya menjadikan Turki sesuatu yang patut dipertimbangkan dan diperhitungkan. Bukan karena militernya saja yang merupakan militer terbaik kedua di NATO. Namun juga perjuangannya di dunia dalam misi-misi kemanusian khususnya yang mencabik-cabik hati umat Islam seperti yang terjadi di Palestina, Burma, Mesir, Syria dan lainnya.

Pekan lalu diberitakan tentang para demostran yang mencari-cari alasan untuk menggulingkan Erdogan. Namun semua dijawab dengan dukungan 1 juta massa pendukungnya dengan takbir dan tahlil. Penaklukan tanpa anak panah dan senjata. Tanpa darah tanpa perang namun dengan takbir dan tahlil.. Allahuakbar!!! La ilaha ilallah…!!!

Sudah sepatutnya kita sebagi muslim menyambut seruan ini untuk menjadi bagian apa yang dibasyirahkan Rosulululloh. Seperti Rejeb Thayib Erdoğan “Erdoğan Al-Fatih”. Wallahu a’lam bish shawab..
[bersamadakwah]

Saat Raja Tertipu Obat Ajaib

Pada suatu hari, Raja Harun Ar-Rasyid telah mempermalukan Abunawas dengan menyiram air kencing di depan para tamu undangan. Abu Nawas hanya bisa terdiam, namun dalam hati dia merencanakan sesuatu di lain hari.

Figur Abu Nawas ini memang sangat lihai dalam menyelesaikan masalah. Tidak hanya lucu saja, akan tetapi juga bijaksana sehingga Abu Nawas tidak dapat dianggap enteng. Raja sangat bangga memiliki warga seperti Abu Nawas ini. Namun, pada pihak lain dari diri Abu Nawas juga sangat menjengkelkan raja karena ulahnya yang selalu tidak tahu diri. Oleh karena itulah Baginda Raja tak pernah berhenti memeras otaknya untuk membalas Abu nawas.


Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, setiap bulan Rabi’ul Awal diadakan acara Maulid Nabi. Sambil tersenyum, Baginda Raja berguman dalam hati,
“Awas ya kamu Abu Nawas, kali ini kamu pasti kena.”

Acara Maulid Nabi pun tibalah waktunya, dan diselenggarakan di istana. Pada saat itu semua pembesar negeri hadir termasuk putra-putra mahkota dari kerajaan sebelah, termasuk pula Abu Nawas ikutan diundang.

Dengan perintah raja, semua yang hadir di acara Maulid Nabi tersebut dipersilahkan untuk berdiri dan kemudian disirami dengan air mawar yang menebarkan bau harum. Kecuali Abu Nawas, dia disiram dengan air kencing.

Membalas Tipuan Raja.
Setelah disiram dengan air kencing tersebut, jadi sadarlah Abu Nawas kalau dirinya telah dipermalukan di depan para pembesar negeri. Dia bungkam seribu bahasa dan hanya bisa berguman dalam hati,
“Baiklah, hari ini paduka telah memberiku kuah tak sedap, esok hari aku akan membalasnya dengan isinya.”

Sejak saat itu Abu Nawas tidak pernah menjejakkan kakinya di istana. Raja pun menjadi kangen dibuatnya karena kelucuannya saat bercerita.
Ketika Raja memanggilnya ke istana, rupanya Abu Nawas tidakbersedia dengan alasan sakit yang membuat tubuhnya lemah lunglai.

Karena khawatir telah terjadi sesuatu dengan diri Abu Nawas, Raja pun ingin
menengoknya diiringi dengan beberapa petinggi kerajaan.
Pucuk dicinta ulam tiba, begitu mendengar Raja menuju ke rumahnya, Abu Nawas yang dalam keadaan segar bugar itu pun langsung memasang aksi.

Matanya terpejam, badan tergeletak lemah lunglai. Namun, sebelum dia beraksi demikian, dia telah terlebih dahulu menyuruh istrinya menyiapkan obat ajaib yang berbentuk bulatan kecil. Dna diantara bulatan obat ajaib itu terdapat 2 butir yang dibubuhi tinja di dalamnya.

Tak berapa lama kemudian raja sudah ada di depan pintu rumah Abu Nawas.
“Wahai Abu Nawas, apa yang kamu telan itu?” tanya raja.
“Inilah yang disebut obat ajaib, resepnya hamba peroleh lewat mimpi tadi malam. Jika saya menelan 2 butir niscaya akan sembuh,” jawab Abu Nawas yang terlentang dan segera bangun setelah menelan pil yang kedua.

“Kalau begitu, aku juga mau minum obat ajaib itu,” kata raja.
“Baiklah Tuanku. Paduka berbaringlah dan pejamkan mata seperti hamba sekarang ini, tidak boleh duduk, apalagi berdiri,” kata Abu Nawas.
Mak raja pun menuruti perintah Abu Nawas.

Obat Ajaib.
Begitu mata Raja terpejam, Abu Nawas cepat-cepat memasukkan butiran obat ajaib yang telah dibubuhi tinja itu ke mulut raja. Tiba-tiba saja Baginda Raja bangkit sambil membelalakkan matanya.

“Hai Abu Nawas, Engaku memberiku makan tinja ya,” kata raja.
Maka Abu Nawas pun segera bersimpuh sambil memberi hormat kepada rajanya.
“Wahai Khalifah, dulu Baginda memberi hamba kuahnya, sekarang hamba memberi isinya, Jikalau Baginda tidak memberi hamba uang 100 dinar, kejadian itu akan hamba ceritakan kepada khalayak ramai,” kata Abunawas.
“Diamlah hai Abunawas, jangan ngomong kepada siapa-siapa, nanti aku akan memberimu uang 100 dinar,” kata Raja.

Setelah itu, raja dan semua pengikutnya kembali ke istana. Mereka menyiapkan pundi-pundiyang berisi uang seratus dinar. nah, untuk kesekian kalinya Abu Nawas berhasil memperdayai rajanya, berhasil mengalahkan rajanya. 

Kelak Sehari Seperti 50,000 Tahun itu, Akan Terasa Pendek bagi Mukmin

Telah dipaparkan sebelumnya kondisi orang-orang yang beriman  yang akan mendapat perlindungan Allah SWT dengan perlindunganNya pada hari yang tiada perlindungan kecuali perlindunganNYa, yang lamanya mencapai lima puluh ribu tahun

Allah SWT berfirman :
Seseorang bertanya tentang adzab yang pasti terjadi bagi orang-orang yang kafir, yang tidak seorang pun dapat menolaknya, (adzab) dari Allah , yang memiliki tempat-tempat naik. Para malaikat dan jibril naik (Menghadap) kepada Tuhan , dalam sehari setara dengan lima puluh ribu tahun (QS AL Ma’arij: 1-4)
Sesungguhnya hari yang panjang itu akan terasa ringan bagi orang-orang yang beriman. Mereka akan mendapat perlindungan Allah SWT pada hari yang tiada perlindungan kecuali perlindungan-Nya.

Diriwayatkan dari Abu Said r.a.  ; ada salah seorang sahabat yang bertanya,” Wahai Rasulullah, hari  yang lamanya mencapai lima puluh ribu tahun, apakah hari itu benar-benar lama? Rasulullah menjawab, “ Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya hari itu akan terasa ringan bagi orang yang beriman hingga terasa lebih ringan daripada kewajiban mengerjakan shalat wajib yang dilakukannya semasa hidup di dunia (HR Ahmad dalam Al Musnad,Ibnu Hibban dalam Shahihnya)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah Saw bersabda,” Hari Kiamat bagi orang-orang yang beriman bagaikan waktu antara shalat Zuhur dan shalat Ashar (HR Hakim dan Baihaqi)

Diriwayatkan dari Abu Ya’la dengan perawi hadis shahih disebutkan ,” Maka akan diringankan, atau hari itu bagi orang yang beriman bagaikan turunnya matahari untuk terbenam hingga terbenam.”

Diriwayatkan dari Thabrani dari Ibnu Umar r.a. , ia berkata,” Hari itu akan terasa lebih pendek dari ukuran satu jam siang hari bagi orang yang beriman.”

Bagi orang yang masih penasaran pasti akan bertanya-tanya,” Bagiamana mungkin waktu yang lamanya mencapai lima puluh ribu tahun terasa lebih pendek seperti waktu shalat fardhu atau satu jam pada siang hari, atau waktu antara turunnya matahari ke arah terbenamnya hingga benar-benar terbenam. Itu berarti hanya memakan waktu kurang lebih satu jam dalam hitungan hari ketika hidup di dunia?

Jawabnya, alam akhirat mempunyai hukum tertentu yang berbeda dengan hukum dunia. Meskipun demikian Allah SWT tetap memberikan contoh dan perumpamaan kita dengan Ahlul

kahfi. Mereka adalah tujuh orang pemuda beriman yang ditidurkan Allah selama 309 tahun di dalam gua, kemudian Dia dapat membangkitkan mereka kembali hingga mereka saling bertanya satu sama lain, “ Berapa lama kalian tidur?” Mereka menjawab ,” satu hari atau setengah hari,”

Kemanakah tahun itu berlalu hingga tinggal setengah hari saja? Ini masih berada di dunia. Jika sudah berada di akhirat tentunya akan melalui hukum yang berbeda dengan apa yang disebutkan di atas. Karena sesungguhnya Allah SWT mudah saja menitipkan rasa kantuk kepada orang-orang yang beriman yang dapat melampaui masa-masa yang panjang tanpa mereka sadari atau merasakannya. Bukankah Allah SWT Maha Kuasa atas segala sesuatu? Bukankah jika menginginkan segala sesuatu, Allah SWT cukup mengingatkan “Jadilah” Maka sesuatu itu akan jadi?

Sebelum kita terlahir ke bumi ini, kemanakah jutaan tahun umur alam raya ini berlalu? Hal ini karena kita berada di alam yang tidak sadar . Selain itu kita dapat berpindah menuju alam yang tidak berwujud yang bentuknya seperti kantuk atau tidur dengan kekuasaan Allah SWT sehingga waktu yang sangat lama ini berlalu begitu saja seperti hanya beberapa saat.

Allah SWT berfirman :
54:50

Dan perintah Kami hanyalah (dengan ) satu perkataan seperti kejapan mata (QS Al Qamar; 50)

Jadi, apa yang telah diberitahukan Rasulullah SAW sebagai orang yang jujur dan dapat dipercaya adalah benar. Semua itu haruslah menjadi pelajaran bagi kita. Allah SWT  tidak menjadikan hamba-hambaNya yang beriman , yang mengesakanNya, selalu mentaati perintahNya, menjauhi larangnNya – berada di bawah perlindungan-Nya di hari Kiamat, kecuali agar mereka tidak merasakan, mengetahui dan menyaksikan kengerian hari yang agung ini. Masa-masa yang penuh ujian dan cobaan bagi mereka telah usai dan mereka pun berhasil menjalaninya. Tidak ada siksa yang tersisa bagi mereka setelah kematian dan tidak ada hak bagi mereka kecuali keridhaan Allah Swt dan SurgaNya dengan segala kenikmatan yang mereka tunggu. Oleh karena itu Allah memperpendek masa pada hari yang agung ini untuk mereka.

Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan anugrah, kemuliaan dan rahmatNya bagi orang-orang yang beriman.

Allah SWT berfirman :
“Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula) (Ar Rahman : 60)

-Mahir Ash Shufiy-

Islam Cukup untuk Bernostalgia Sejarah!!

Selama ini ada sebuah adagium yang berkembang di dunia Islam dan sangat diyakini kebenarannya, agama Islam itu “Ya’lu wa la yu’la alaihi” (unggul dan tidak ada yang lebih unggul darinya). Adagium ini tidak hanya menjadi sebuah slogan kebanggaan semata, tetapi telah dibuktikan oleh umat Islam dengan menguasai sebagian besar wilayah di dunia dan membangun sebuah peradaban yang tak tertandingi pada masanya.
Kemajuan peradaban ini ditandai dengan revolusi ilmiah yang terjadi secara besar-besaran di dunia Islam. Cendekia-cendekia muslim pun bermunculan dalam berbagai disiplin pengetahuan, baik dalam bidang agama maupun non-agama (pengetahuan umum). Tidak hanya menyangkut permasalahan fiqih dan teologi, tetapi juga dalam bidang filsafat, matematika, astronomi, kedokteran dan lain sebagainya. Satu hal yang menarik adalah para cerdik cendekia tersebut mempunyai pandangan yang menunjukkan adanya kesatupaduan antara ilmu pengetahuan dan iman. Tradisi ilmiah dalam masyarakat muslim pada saat itu mempunyai nilai yang sangat “Islamis” karena kuatnya pengaruh dari kitab suci Al-Quran.

Namun kegemilangan peradaban umat Islam tersebut, pada saat ini hanya menjadi artefak yang menyimpan nostalgia keindahan sejarah. Sedikit demi sedikit umat Islam mulai mengalami kemunduran dan kelemahan di berbagai bidang. Dimulai dengan terjadinya perpecahan di kalangan umat Islam dan saling berebut kekuasaan di kalangan kerajaan yang mengakibatkan merosot nya kekuasaan khalifah serta melemahnya posisi umat Islam sampai akhirnya terjadi tragedi yang menjadi catatan hitam dalam sejarah, jatuhnya Baghdad ke tangan Hulagu yang diikuti dengan pengrusakan pusat-pusat kegiatan ilmiah dan pembantaian secara besar-besaran terhadap para guru dan ilmuwan.

Hal ini mengakibatkan umat Islam kehilangan harmoni dan tidak menentu arahnya. Kepahitan ini ditambah lagi dengan kekalahan umat Islam dalam perang Salib III sehingga konsekuensi yang harus diterima adalah hancur dan hilangnya ruh peradaban. Umat Islam pun mengalami kemunduran yang serius dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial, pendidikan dan kebudayaan yang diikuti kekalahan dalam kehidupan intelektual, moral, kultural, budaya, dan ideologi.

Revolusi industri di Inggris dan revolusi sosial politik di Perancis pada paruh kedua abad ke-18 yang merupakan titik awal pencerahan (renaissance) di Eropa menuju peradaban modern mengantarkan Barat mencapai sukses luar biasa dalam pengembangan teknologi masa depan. Sedangkan Umat Islam malah mengalami kemunduran-kemunduran sistemik dalam alur peradabannya. Praktis, menurut Nurcholish Madjid, dunia Islam dewasa ini merupakan kawasan bumi yang paling terbelakang di antara penganut-penganut agama besar di dunia dikarenakan begitu rendahnya kemajuan yang diraih dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Umat Islam hanya menjadi penonton bahkan “terbuai” oleh kenikmatan semu yang disuguhkan oleh Barat dengan kecanggihan teknologinya.

Sejak terjadinya

pencerahan di Eropa, perkembangan ilmu-ilmu rasional dalam semua bidang kajian sangat pesat dan hampir keseluruhannya dipelopori oeh ahli sains dan cendikiawan Barat. Akibatnya, ilmu yang berkembang dibentuk dari acuan pemikiran falsafah Barat yang dipengaruhi oleh sekularisme, utilitarianisme, dan materialisme. Sehingga konsep, penafsiran, dan makna ilmu itu sendiri tidak bisa terhindar dari pengaruh pemikirannya.

Konsep pemikiran demikian dikonsumsi oleh umat Islam -sebagai umat yang kalah- yang mulai tergantung kepada Barat. Mereka (umat Islam) mempelajari sains Barat tanpa menyadari kaitan tali-temali historis Barat dan ilmu-ilmu Barat, sehingga umat Islam pun terjatuh dalam hegemoni Barat (imperialisme cultural) dan proses ini mengakibatkan esensi peradaban Islam semakin tidak berdaya di tengah kemajuan peradaban Barat yang sekuler.

Hegemoni peradaban Barat yang didominasi oleh pandangan hidup saintifik (scientific worldview) tersebut, menurut Adnin Armas, membawa dampak yang sangat negatif terhadap peradaban lainnya, termasuk Islam. Pada tataran epistemologi, terjadi proses westernisasi yang dikatakan Syed Naquib al-Attas sebagai “virus” yang terkandung dalam ilmu pengetahuan Barat modern-sekuler, dan ini merupakan tantangan terbesar bagi kalangan kaum muslimin saat ini.

Munculnya kesadaran bahwa paradigma ilmu pengetahuan yang telah terpengaruh oleh sekularisme, utilitarianisme dan materialisme telah menjadikan pengetahuan modern menjadi kering dan kehilangan kesakralannya (terpisah dari nilai-nilai tauhid dan teologis). Akibatnya, menurut C.A. Qadir, terjadi pengasingan dan pemisahan dalam kehidupan manusia. Manusia modern menderita pengasingan (alienation) dan anomie.

Terdapat ketidakseimbangan dan ketidaktertiban. Jiwa manusia kini mengalami schizophrenia kerohanian, yang tidak mempunyai jalan keluar kecuali dengan kembali kepada sumber Primordial dan menghidupkan kembali aspek kesakralan ini. Hilangnya aspek kesakralan dari konsep ilmu Barat serta sikap keilmuan muslim yang menyebabkan terjadinya stagnasi setelah memisahkan wahyu dari akal, dan memisahkan pemikiran dari aksi dan kultur dipandang sama berbahayanya bagi perkembangan keilmuan Islam.

Sistem pendidikan di Indonesia secara umum masih dititikberatkan pada kecerdasan kognitif. Hal ini dapat dilihat dari orientasi sekolah-sekolah yang ada masih disibukkan dengan ujian, mulai dari ujian mid, ujian akhir hingga ujian nasional. Ditambah latihan-latihan soal harian dan pekerjaan rumah untuk memecahkan pertanyaan di buku pelajaran yang biasanya tak relevan dengan kehidupan sehari hari para siswa.

Saatnya para pengambil kebijakan, para pendidik, orang tua dan masyarakat senantiasa memperkaya persepsi bahwa ukuran keberhasilan tak melulu dilihat dari prestasi angka-angka. Hendaknya institusi sekolah menjadi tempat yang senantiasa menciptakan pengalaman-pengalaman bagi siswa untuk membangun dan membentuk karakter unggul. 

Kisah Relawan ACT Lari Dari Kejaran Sniper Tentara Suriah

“AWAS  sniper!” Pernahkah Anda membayangkan hadir di sebuah daerah yang banyak memasang pengumuman ini? Inilah yang terjadi di Aleppo, Suriah yang sudah dilanda konflik bersenjata dua tahun lamanya. Orang-orang di sini biasa berjalan dengan berlari sambil menundukkan kepala untuk menghindari sasaran dari penembak jitu yang ada di tempat tersembunyi. Seperti itulah orang-orang pergi dari rumah ke pasar, atau ke tempat lain di Aleppo.


Kondisi sama juga harus dialami lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) ketika mendarat di Suriah. Di balik kesuksesannya menembus Aleppo dan memberikan bantuan medis kepada para pengungsi, ada kisah mendebarkan yang dialami relawan ACT sekaligus Director of Global Humanity Response, Doddy Cleveland.

Hal ini lantaran dirinya saat itu berada pada pertaruhan antara hidup dan mati. Bagaimana tidak? Moncong senjata dari para sniper tentara Assad siap menghempaskan nyawa para relawan yang masuk ke Suriah. Untuk menembus Aleppo, Doddy mengaku harus melewati
perjuangan penuh resiko.

“Kita harus berpindah dari satu gang ke gang lainnya seraya berlari secepat mungkin (sprint) untuk menghindari bidikan sniper tentara Assad,” katanya kepada wartawan Selasa (2/7/2013) di kantor ACT, Menara 165, Jakarta.

Bahkan beberapa hari sebelum  dirinya tiba di Aleppo,  tersiar berita seorang wartawan Jepang mati tertembak ketika berlari menyeberang dari satu gang ke gang lainnya di Aleppo.

“Padahal saat itu sang wartawan mengenakan topi baja, namun dia tertembak di bagian lehernya,” katanya yang terakhir ke Suriah pada Maret lalu.

Aktivis Keluarga Mahasiswa Islam (Gamais) semasa kuliah di ITB ini menuturkan kondisi Suriah saat ini sangat memprihatinkan. Berbagai bangunan rata dengan tanah. Rumah-rumah warga hancur. Anak-anak dan orangtua tewas. Kondisi pengungsian juga penuh keterbatasan. Mereka hidup tanpa listrik.

“Bagaimana mereka hidup dengan kondisi seperti itu, jika tidak lembaga kemanusiaan yang membantu,” tutupnya. (Pz/Islampos)